Souljah
From Wikipedia, the free encyclopedia
Souljah is a band that plays Jamaican-rooted music based in Indonesia.
please check our audio sample on http://www.myspace.com/braddasouljah
[edit] Souljah
We chose the name out of other names out there, which people say, lots better. But we persisted to keep the name on, because we feel it has a deep meaning for us. The name Souljah was taken from the word "Soldier" which then pronounced with a Jamaican's style. But beyond whatever, we felt that the meaning of the word soldier itself, gave us sense of belonging. This is what we are. What we meant to be. But the next queries that might arise are "how soldier is Souljah?", "what is Souljah struggling for?" These questions are understandable for us, since Souljah is formed back on October 2004. In a range of time which not even reach 1 year, the word 'struggle' became a question for any of us. It all began back in 1998, when the first 5 personnel of Souljah met and had an accidentally exercise. Through one song from Save Ferris, Come On Eileen, Renhat (Bass), Bayu (guitar), Dimas (drum), Ari (guitar), and Danar (vocal), united under the name of Arigatoo (the early Souljah). And to complete the formation, we recruited Shanty (trumpet) to fill in the brass section position. From then on, Arigatoo joined many auditions in order to have a chance to perform in some hot gigs at that time. Stages now our friends. And the fame was followed with personnel's changes. Firstly, Vino (alto saxophone) joined Arigatoo, but then it followed by Shanty who decided to walk out from the band. Along the year of 1999-2001, we also met lots of friend from the stages we've come over. We also recruited David (trumpet), to complete the brass section's formation. This 8 formation lasted for quite some times. One of our song "Indehoy di Teluk Bayur" was a major hits back to the listener of Mustang PunkSkaSila. And our other song "Petualangan VW Combi", was in Sony Music Indonesia's compilation album "Skamania". Again, Arigatoo was in hallowed. Renhat decided to continue his study to Hawaii, and then followed with Ocha, Ari, and Dimas who chose to concentrate on their works over their attribute of a band member. While the 4 of us, tried to survive with additional players such as Jemmy, Beamy (Brain The Machine), Mito (Daily Feedback), Sigit, Wahyu, and Heru (Penyot Sexy), to jam wiith us while we're on stage or when we had to do some recordings. At 2002, Renhat went back home and together with Dimas they returned to the band. Programs and dreams were re-listed. And we continued to create new songs. In this journey, we met Sa'id (toasting/rap), who added a different atmosphere to our song. The thought of making Souljah came to reality was started at this moment. But truly manifested after Arigatoo's 1st album; Kami Bukan Perawan Lagi, was being released to market at 2003. The title of the album; in English it meant: We're no longer virgin, was not made merely for joke, but it actually reflected our maturity, where we're no longer a 'child' anymore, we even could make a 'child'. We were not virgin, in musical term. When finally Sa'id joined Arigatoo, we felt a strange vibration within each one of us. We became more intense in making songs, so spirit full, and dared to make experimentation in our songs. We were really wanted to mix up our taste and music liking, blend them in, to create new and different music. This vibration was pushed us to the edge and finally we decided to let Arigatoo go and welcomed Souljah. This uneasy decision, somehow, made us feel more free in making music. And as the Jamaican kind of name we have, that's where our roots came from. Jamaican music. But this time, we do not play ska only, but also dance hall, dub, reggae. We also tried to include metal, drum n bass, and hip hop to our music. These enjoyable songs could be listened in Souljah first album, Breaking The Roots. As one had said, it ain't over 'till it's over, so to our struggle for our music. We have to fight for our dreams that have become our air to breathe
Bahasa
Souljah sebenarnya sudah terbentuk dari tahun 1998, ketika sebagian besar personilnya masih kuliah di Universitas Indonesia. Di bawah bendera Arigatoo, kami sering kali tampil membawakan lagu-lagu dari Save Ferris, No Doubt, The Skatalites, dan tentunya Bob Marley di berbagai panggung. Arigatoo juga sempat merilis satu single berjudul ‘Indehoy’, yang menjadikan Arigatoo cukup dikenal oleh anak-anak muda pada saat itu.
Pada tahun 1999, Arigatoo menandatangani kontrak dengan Sony Music Indonesia untuk bergabung bersama beberapa musisi lainnya dalam album kompilasi Skamania. Dan setelah itu, Arigatoo mengalami krisis, karena beberapa personil mulai berkonsentrasi pada pekerjaan dan sekolahnya.
Selang beberapa tahun, tepatnya pada tahun 2003, Arigatoo bangun dari masa gelapnya dengan ikut album kompilasi “Asian Ska Foundation” yang diproduksi oleh sebuah label Jepang, Authority Records. Album ini berisi lagu dari band ska yang ada di Negara Asia. Arigatoo, termasuk salah satu dari band yang mewakili Indonesia.
Berbekal 2 album kompilasi, fans, dan skill yang cukup, Arigatoo merasa bahwa ini adalah saatnya kami untuk merilis album kami sendiri. Dan akhirnya, lahirlah “Kami Bukan Perawan Lagi”, di tahun 2004. Album ini adalah titik tolak lahirnya Souljah.
Album ini juga banyak mempengaruhi seluruh anggota band. Baik dalam kehidupan mereka sehari-hari, maupun dalam bermusik. Kemudian setelah melalui banyak pertimbangan, akhirnya mereka memutuskan untuk merubah nama Arigatoo menjadi SOULJAH. Dan nama ini ternyata membawa suatu gairah bermusik tersendiri bagi para personilnya. Sekarang, kami lebih bebas dalam mengekspresikan ide-ide kami, dengan mengambil Jamaican music, sebagai akar dari musik kita.
Demi rasa ingin memberikan yang terbaik dalam menciptakan dan bermain musik, satu per satu personil Souljah berhenti dari pekerjaan tetap mereka untuk lebih total membesarkan Souljah. Dimulai dari basisnya, kemudian drummer, dan vokalisnya, personil Souljah ini rela meninggalkan karir mereka yang cerah di dunia advertising. Bodoh. Itu yang orang lain bilang mendengar keputusan yang mereka buat ini. Tetapi dengan santai kami menjawab bahwa kami ingin melakukan sesuatu yang kami cintai. Kami ingin memberikan yang terbaik dari sesuatu yang kita cintai. Jamaican music. Musik itu sendiri.
Dan setelah mengeluarkan tabungan yang ada, meminjam duit dari kenalan, menjual alat musik, dan bekerja keras selama 6 bulan, album perdana Souljah, Breaking The Roots, sekarang telah rampung dan siap dirilis ke pasaran. 10 lagu yang unik dan lain siap dihidangkan ke telinga masyarakat. Dengan beragam jenis lagu seperti Reggae, Chill out, Traditional ska, Dancehall, Hip Hop, dan lainnya, album The Roots dapat membuat orang tercengang mendengarnya. Hal ini tidak lain dan tidak bukan merupakan hasil kolaborasi dari groovy beat Dimas, suara lembut dan powerful dari Danar, Jamaican rap yang ciamik dari Said, suara trumpet sexy David, nada lembut dan hangat persembahan Renhat, dan tentunya ritim upstroke dari Bayu.
Empat dari 10 lagu tersebut merupakan kolaborasi Souljah dengan Soulid, sebuah grup hip hop, yang muncul dalam ”All I Know” , band heavy metal, Bad Mono, yang muncul dalam lagu ”The Day The World Turns Into Grey”, lalu Happy Salma ikut andil dalam lagu ”Magenta”, dan penyanyi keroncong senior Soendari Soekoetjo dalam lagu ”Lelaki Itu”. Bahkan sebelum dirilis, empat lagu ini telah menambah daftar pujian dari penggemar, teman, kritikus musik. Namun lebih dari itu, album BREAKING THE ROOTS adalah album yang segar, pintar, dan mengejutkan pada tahun ini yang akan dirlis tanggal 9 Maret 2005, dengan distributor Nagaswara. Untuk single pertama dari album ini, Souljah mempercayakan kepada single JAMAICA’S AWAY. Single ini menceritakan bagaimana sebuah musik yang berasal dari tanah yang jauh dari tanah air kita, bisa sangat memberikan inspirasi bagi Souljah, dan bagi siapapun yang mendengarkannya.
Souljah is absolutely unstoppable. Karena kami telah menyiapkan materi yang lebih liar dan kreatif untuk album Souljah di tahun 2006 nanti.
[edit] Discography
Breaking the Roots (2005)